SELAMAT DATANG DI BLOG PEMERINTAHAN DESA PAMARAYAN - SELAMAT DATANG DI BLOG PEMERINTAHAN DESA PAMARAYAN DESAPAMARAYANDESA PAMARAYANSELAMAT DATANG DI BLOG PEMERINTAHAN DESA PAMARAYAN - SELAMAT DATANG DI BLOG PEMERINTAHAN DESA PAMARAYAN DESA PAMARAYAN: MASALAH SAMPAH BAG 3 DI DESA PAMARAYAN

Cari Blog Ini

Rabu, 11 Januari 2017

MASALAH SAMPAH BAG 3 DI DESA PAMARAYAN


"SAMPAH" kata tersebut memang sudah tidak asing ditelinga kita, berbagi topik pembahasan sering bermunculan mengenai hal tersebut. Sampah dapat berupa barang-barang bekas, makanan sisa, dedaunan yang gugur, dsb.
Sekarang ini para ahli dan pengamat lingkuhan sudah menggolongkan sampah menjadi beberapa kategori namun secara global orang-orang lebih familiar dengan kategori sampah berdasarkan sifatnya yakni sampah organik dan sampah an-organik. Sampah organik merupakan jenis sampah yang dapat terurai secara alami contohnya seperti sisa makanan, dedaunan, batang pohon, dsb. Sedangkan sampah an-organik merupakan jenis sampah yang tidak dapat terurai secara alami contohnya barang-barang yang terbuat dari material plastik, barang pecah belah, dsb. Keberadaan sampah tidak dapat dihindari, karena setiap hari kita pasti melakukan aktifitas yang menggunakan segala sesuatu barang yang nantinya mungkin akan menjadi sampah. Setiap hari orang-orang disuatu wilayah pasti memproduksi sampah, tidak heran ketika diakumulasikan jumlah sampah yang terkumpul disuatu wilayah misalnya dikota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya jumlahnya bisa mencapai angka puluhan ton bahkan ratusan ton, lalu dikemanakan sampah-sampah tersebut?
Pengelolaan sampah di Indonesia bisa dikatakan menggunakan cara yang tradisional, sampah-sampah hanya dikumpulkan lalu diangkut oleh mobil kebersihan  yang ujung-ujungnya ditumpuk di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), akibatnya kita bisa  gunungan sampah  yang membuat pemandangan kota menjadi kumuh.

Ilustrasi gambar di Bantar Gebang, Bekasi



Pengelolaan sampah merupakan hal yang penting untuk diperhatikan jika memang kita tidak ingi wilayah kita menjadi lautan sampah. Berbagai upaya pub dilakukanpemerintah, seperti mencanangkan program 3R yakni Reduce (mengurangi), Reuse (penggunaan kembali) dan Recycle (mendaur ulang) perwujudan program ini bergantung pada partisipasi masyarakat. Salah satu metode yang digunakan untuk mengatasi masalah sampah, namun entah kenapa cara ini tidak pernah berhasil di Indonesia. Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dirasakan menjadi persoalan utama. Masyarakat masih menyepelekan masalah sampah ini terbukti dengan masih banyaknya orang yang membuang sampah sembarangan, akibatnya lingkungan menjadi tercemar.
Masyarakat dan Pemerintah harus dapat bekerjasama dalam mengatasi masalah ini, ada banyak hal yang dapat dilakukan seperti:

  1. Membuat aturan yang jelas untuk mendisiplinkan masyarakat pemerintah bila perlu harus membuat peraturan yang tegas untuk semua orang yang membuang sampah sembarangan, pemeberlakuan denda mungkin akan menjadi upaya yang efektif.
  2. Membuat organisasi atau komunitas Pengelola sampah, saat ini Pemerintah masih terbatas pada pengumpulan sampah tanpa upaya berkelanjutan, pemerintah harus membuat komunitas pengelola sampah di wilayah, sehingga sampah-sampah yang sudah terkumpul dalam bentuk sampah organik dan an-organik dapat ditindak lanjuti untuk menjadi sesuatu yang baru, karena sekarang ini ketika orang-orang sudah mulai mengelompokan sampah berdasarkan sifatnya ketika sampah itu diangkut oleh mobil kebersihan akhirnya malah di campur kembali. Sampah organik dapat di ubah menjadi kompos, pupuk, dll. Sedangkan untuk sampah an-organik kita dapat mengolahnya menjadi barang kerajinan, atau kita bisa melibatkan para penjual produk mereka untuk didaur ulang kembali.
Permasalahan sampah ini adalah satu dari sekian masalah masyarakat modern yang belum dapat diselesaikan dengan baik. Tapi, tentu saja bukan berarti tidak bisa diselesaikan. Kuncinya terletak pada kemauan Pemerintah dan kesadaran masyarakatnya.
Jika kita amati, salah satu penyebab terjadinya banjir di Jakarta adalah akibat bersatunya sampah organik atau sejenis sampah yang bisa diuraikan oleh alam seperti sisa makanan, dedaunan dengan sampah an-organik atau sampah yang tidak bisa diuraikan oleh alam seperti plastik, kaca, besi, dss. Bercampurnya sampah organik dan an-organik dalam jangka waktu yang lama dan menggunung menyebabkan terbentuknya gas metana di dalam tumpukan yang terkumpul terus-menerus dan akhirnya meledak.
Sampah an-organik, khususnya sampah plastik adalah masalah utama dari buntunya penanganan sampah di Desa kita, permasalahan yang juga menimpa seluruh desa bahkan kota-kota besar di dunia. Permasalahan sampah plastik ini menjadi mengemuka karena penanganannya yang sangat berbeda dengan sampah organik. Secara sederhana, sampaha plastik ini memerlukan waktu lama untuk bisa diurai oleh tanah.
Namun pada dasarnya, penyelesaian masalah plastik ini secara sederhana dapat kita bagi dalam dua sisi. Pertama, adalah sisi peran masyarakat dalam pengolaan sampah plastik. Kedua, sisi pemerintah sebagai pembuat kebijakan pengolaan sampah plastik.
Di sisi masyarakat, Pemerintah Desa wajib memberi pengetahuan mendasar tentang pengolaan sampah ini kepada masyarakat. Pengetahuan dan pemahaman ini begitu penting, karena tanpa itu mereka akan acuh dan tak peduli pada pengolaan sampah.
Salah satu bukti nyata usaha untuk meningkatkan kesadaran itu bisa dilihat dari beberapa program kampanye yang digagas oleh beberapa kelompok masyarakat sipil.
Salah satu yang sering disosialisasikan adalah kampanye 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle), tapi kelemahan dari kampanye para pegiat pengurangan sampah ini adalah tidak terorganisir dan ruang lingkupnya terbatas. Hal ini bertolak belakang dengan permasalahan sampah yang semakin hari semakin banyak.
Dalam konteks seperti ini, kemudian peran Pemerintah akan sangat di butuhkan dalam penyelesaian masalah sampah ini. Bagaimana Pemerintah bisa " memaksakan" budaya mengelola sampah ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat adalah pertanyaan utama yang harus dijawab.
Dalam menyelesaikan sampah ini, orang-orang Jerman menitikberatkan pada perna aktif masyarakat sekaligus menekan produsen sampah serta pelaku usaha pengguna sampah itu sendiri, karena secara teknis, produsen dan pelaku usaha membuat badan penanganan sampah sendiri. Dana operasional badan tersebut dari patungan bersama. Maka dari itu masyarakat perlu diedukasi tentang permasalahan sampah ini, karena tanpa pemahaman yang jelas pada masyarakat, sulit rasanya menerapkan budaya mengelola sampah di masyarakat dan dengan dorongan dari Pemerintah, sosialisasi soal sampah ini akan lebih mudah, InsyaAllah.


1 komentar:

  1. teknologitpa.blogspot.com mengatasi masalah sampah total dan tuntas

    BalasHapus