SELAMAT DATANG DI BLOG PEMERINTAHAN DESA PAMARAYAN - SELAMAT DATANG DI BLOG PEMERINTAHAN DESA PAMARAYAN DESAPAMARAYANDESA PAMARAYANSELAMAT DATANG DI BLOG PEMERINTAHAN DESA PAMARAYAN - SELAMAT DATANG DI BLOG PEMERINTAHAN DESA PAMARAYAN DESA PAMARAYAN: KANG SARIN PELAYAN LALU LINTAS PAMARAYAN

Cari Blog Ini

Sabtu, 31 Desember 2016

KANG SARIN PELAYAN LALU LINTAS PAMARAYAN

KANG SARIN SAAT BERTUGAS

Dedikasi adalah sebuah pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yg luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh. Kalau anda melakukan perjalanan ke arah pasar pamarayan, tepatnya di simpang tiga Jembatan Bojong Loa sekitar pukul 07.00 sampai sekitar pukul 11.00, anda akan menjumpai seorang laki-laki berdiri ditengah jalan, ia menggunakan kacamata hitam, celana panjang masing-masing terdapat dua kantong besar di sebelah kiri-kanan, ia juga mengenakan peluit, topi, dan jaket. Oleh masyarakat sekitar, laki-laki itu dikenal dengan sebutan Kang Sarin. 
Kang Sarin yang nama aslinya Muhammad Sarin, lahir pada September tahun 1963 di Jakarta Pusat. Kang Sarin ialah anak ke 6 dari 9 Bersaudara dari pasangan bapak Mohammad Amin dan Ibu Aminah. Beliau lahir di Jakarta dikarenakan kedua orangtuanya yang sudah lama bekerja di Jakarta. Kang Sarin ialah Pelayanan arus lalu lintas di jalur Pamarayan-Rangkasbitung-Harendong. Menurut penuturannya, sebelum menjadi seorang juru lalu lintas, pernah Kang Sarin bekerja pada beberapa perusahaan. Pertama kali bekerja pada PT Kencana di sekitar Bandara Soekarno-Hatta selama tiga tahun, lalu di Kantor kehakiman sebagai satpam di Tanggerang selama tiga bulan, dan beberapa perushaan lainnya di Jakarta maupun Tanggerang. Hilir mudik dari satu Pabrik (perusahaan) ke pabrik lainnya. Sejak tahun 70an sampai akhir tahun 2000an Kang Sarin menghabiskan waktunya melanglang buana bekerja di luar daerah. Barulah sekitar tahun 2001 mulai menetap di Pamarayan. Dan mulai menjadi “juru lalu lintas” sejak 2014, saat masa pemerintahan kepala desa Nurudin.
Memulai setiap hari dengan ngopi pahit dan sarapan. Kang Sarin rutinnya jam 7 pagi sudah stand by di pertigaan jembatan bojongloa sampai sekitar jam 11 siang. Mengatur aktivitas lalu lintas transportasi. Khusus pada hari Sabtu dan minggu, dengan sigap Kang Sarin mengarahkan kendaraan roda empat yang bergerak menuju Pasar pamarayan agar memutar melalui jalan tangsi, hal itu dilakukan karena pada hari tersebut ialah hari pasar, sehingga arus cukup satu arah saja, jika tidak, maka akan menimbulkan kemacetan. Sudah lazim di negeri ini apabila pengendara banyak yang melanggar aturan lalu lintas. Sebagaimana halnya yang dialami oleh Kang Sarin, pernah bahkan sering Kang Sarin ditegur atau dibentak oleh pengemudi roda empat yang keukeh menerobos jalur pasar pada hari sabtu atau minggu. Umumnya pengendara roda empat yang menolak arahan Kang Sarin ialah karena ingin cepat lewat pasar, padahal justru menimbulkan kemacetan dan membua si penedndara lebih lama mencapai tujuan.   
Orang-orang pamarayan sudah sering melihat Kang Sarin berpanas-panasan ditengah jalan, seperti lupa akan panasnya sinar matahari. Kulitnya yang hitam, tentu saja bertambah hitam. Debu jalanan dan bisingnya kendaraan sudah menjadi kerabat bagi Kang Sarin. Meski panas matahari menyengat, beliau tetap tidak bergeser sedikitpun dari tempatnya. Jarang sekali ditemukan beliau berteduh sebelum pekerjaanya selesai. Kang Sarin bilang kalau matahari ialah mahluk Allah yang sangat patuh dan tidak pilih-pilih dalam menyinari mahluk-mahluk bumi. 
Apa yang dikatakan Kang Sarin itu membuat penulis kaget. Sebab apa yang dikatakannya itu sangat mendasar namun justru jarang terpikirkan oleh kita. Para koruptor tetap di berikan hangatnya sinar mentari pagi, orang-orang alim juga diberikan, siapapun saja tanpa kenal kasta dan ukuran-ukuran moral lainnya. Cahaya matahari tidak berubah menjadi dingin saat menyapa Kang Sarin, juga tidak berubah menjadi bertambah panas saat menyentuh kulit para pendusta rakyat. Matahari senantiasa konstan bekerja. Sebagaimana halnya Kang Sarin yang konstan mengabdi untuk kelancaran lalu lintas.
Soal gaji beliau? Atas pengakuannya, beliau senantiasa mendapat upah per minggu sekitar Rp. 100.000 rupiah. Uang tersebut bersumber dari kas Desa khususnya dari kas Pasar yang dikelola oleh Desa. Upah yang tentu saja jauh dari kata mencukupi untuk hidup sehari-hari. Dari sini, penulis berharap dan mengajak serta semua kalangan masyarakat untuk ikut peduli terhadap dedikasi yang sudah diberikan oleh Kang Sarin. Toh itu untuk kepentingan umum. Sebab beliau merupakan manusia biasa yang harus memenuhi kebutuhannya. Memang, ragam aktivitas manusia bisa kita temukan dimanapun saja. Dan orang seperti Kang Sarin, terdapat banyak di negeri kita. Manusia manusia intan ini tersebar disetiap wilayah, melakukan apa saja semampu-mampunya. Bukanya tidak mengharapkan upah yang lebih, namun pilihannya yang utama ialah bekerja saja dan mengabdi.
  Beliau mengharapkan mempunyai seragam dinas untuk bekerja. Lengkap dengan sepatu, topi dan peluit yang baru. Itu keinginan yang beliau utarakan saat mengunjungi Kantor Desa pada sabtu 31 Desember 2016. Keinginan yang tentu saja tidak muluk. Beliau manusia biasa dengan pengabdian yang luar biasa. Penulis sendiri sudah lama berkeinginan untuk menulis secara khusus tentang Kang Sarin. Karena seringnya melihat beliau berpanas-panas ditengah jalan mengatur lancarnya lalu lintas. Alhamdulillah catatan tentang  Kang Sarin bisa dimuat hari ini. Sambil tulisan ini dimuat, beliau tengah asik mengunyah gorengan, minum kopi dan tertawa lepas menceritakan keunikan hidupnya.
Sudah hampir tiga tahun Kang Sarin bekerja sebagai juru lalu lintas di Pamarayan. Sejak itu pula ia mulai menyadari betapa pekerjaannya mengasikan. Lebih dari itu, penulis melihat bahwa apa yang dilakukan Kang Sarin bukan sekedar pekerjaan biasa. Itu adalah pengabdian. Dan yang namanya kebaikan, sekecil apapun tetaplah merupakan kebaikan. Semoga Allah SWT yang Maha Rahman membalas jasa hidup Kang Sarin. Amin. 






3 komentar:

  1. layak kah beliau menerima gaji Rp. 100.000 per minggu, sedangkan utk kbutuhan hidup saat ini begitu mencekik, masa ia beliau hanya meroko dan kopi saja, sedangkan untuk makan...?
    sebanding kah upah yg ia terima dengan pekerjaan yg ia jalani.
    mohon pemerintah desa agar memperhatikan pengabdian yg beliau kerjakan..

    BalasHapus
  2. Kerja serius gajih main main, kerja main main gajih serius.

    BalasHapus
  3. Wah Ini Dipamarayan
    Gue oRaang Pamarayan = Aing jelma pmy

    BalasHapus